Nasalis larvatus

Nasalis larvatus
Bekantan Fauna Endemik Borneo, merupakan maskot Kalimantan Selatan. Hewan ini terancam keberadaannya. Mari lindungi kekayaan dan biodiversitas Indonesia, jangan sampai mereka hanya tinggal cerita

Minggu, 25 November 2012

Sejarah Suku Banjar


fakta ini disadur dari berbagai sumber yang ada di internet dan artikel elektronik lain..diharapkan bisa menambah pengetahuan kita semua

Suku bangsa Banjar adalah suku bangsa yang menempati sebagian besar wilayah Provinsi Kalimantan Selatan, dan sejak abad ke-17 mulai menempati sebagian Kalimantan Tengah dan sebagian Kalimantan Timur terutama kawasan dataran dan bagian hilir dari Daerah Aliran Sungai (DAS) di wilayah tersebut. Suku bangsa Banjar berasal dari daerah Banjar yaitu wilayah inti dari Kesultanan Banjar meliputi DAS Barito bagian hilir, DAS Bahan (Negara), DAS Martapura dan DAS Tabanio.Sungai Barito bagian hilir merupakan pusatnya suku Banjar. Suku bangsa Banjar diduga berasal mula dari penduduk asal Sumatera atau daerah sekitarnya, yang membangun tanah air baru di kawasan Tanah Banjar (sekarang wilayah provinsi Kalimantan Selatan) sekitar lebih dariseribu tahun yang lalu. Setelah berlalu masa yang lama sekali akhirnya, setelah bercampur dengan penduduk yang lebih asli, yang biasadinamakan sebagai suku Dayak, dan dengan imigran-imigran yang berdatangan belakangan–terbentuklah setidak-tidaknya tiga subsuku, yaitu (Banjar) Pahuluan, (Banjar) Batang Banyu, dan Banjar (Kuala).

Banjar Pahuluan
pada asasnya adalalah penduduk daerah lembah-lembah sungai (cabang sungai Negara) yang berhulu ke pegunungan Meratus. Banjar Batang Banyu mendiami lembah sungai Negara, sedangkan orang Banjar Kuala mendiami sekitar Banjarmasin dan Martapura. Bahasa yang mereka kembangkan dinamakan bahasa Banjar, yang pada asasnya adalah bahasa Melayu Sumatera atau sekitarnya, yang di dalamnya terdapat banyak kosa kata asal Dayak dan Jawa. Nama Banjar diperoleh karena mereka dahulu (sebelum kesultanan Banjar dihapuskan pada tahun 1860) adalah warga Kesultanan Banjarmasin atau disingkat Banjar, sesuai dengan nama ibukotanya pada mula berdirinya. Ketika ibukota dipindahkan ke arah pedalaman (terakhir di Martapura), nama tersebut nampaknya sudah baku atau tidak berubah lagi.Sejak abad ke-19, suku Banjar migrasi ke pantai timur Sumatera dan Malaysia, tetapi di Malaysia Barat, suku Banjar digolongkan ke dalam suku Melayu, hanya di Tawau (Sabah, Malaysia Timur) yang masih menyebut diriya suku Banjar. Di Singapura, suku Banjar sudah luluh ke dalam suku Melayu. Sensus tahun 1930, menunjukkan banyaknya suku Banjar di luar Kalsel, tetapi sensus tahun 2000 terlihat jumlahnya mengalami penurunan. Kesultanan Banjar sebelumnya meliputi wilayah provinsi Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah seperti saat ini, kemudian pada abad ke-16 terpecah di sebelah barat menjadi kerajaan Kotawaringin yang dipimpin Pangeran Dipati Anta Kasuma bin Sultan Mustain Billah dan pada abad ke-17 di sebelah timur menjadi kerajaan Tanah Bumbu yang dipimpin Pangeran Dipati Tuha bin Sultan Saidullah yang berkembang menjadi beberapa daerah: Sabamban, Pegatan, Koensan, Poelau Laoet, Batoe Litjin, Cangtoeng, Bangkalaan, Sampanahan, Manoenggoel, dan Tjingal. Wilayah Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur merupakan tanah rantau primer, selanjutnya dengan budaya maadam, orang Banjar merantau hingga ke luar pulau misalnya ke Kepulauan Sulu bahkan menjadi salah satu unsur pembentuk Suku Suluk.
Banjar Pahuluan sangat mungkin sekali pemeluk Islam sudah ada sebelumnya di sekitar keraton yang dibangun di Banjarmasin, tetapi pengislaman secara massal diduga terjadi setelah raja Pangeran Samudera yang kemudian dilantik menjadi Sultan Suriansyah, memeluk Islam diikuti warga kerabatnya, yaitu bubuhan raja-raja. Perilaku raja ini diikuti elit ibukota, masing-masing tentu menjumpai penduduk yang lebih asli, yaitu suku Dayak Bukit,yang dahulu diperkirakan mendiami lembah-lembah sungai yang sama.Dengan memperhatikan bahasa yang dikembangkannya, suku Dayak Bukitadalah satu asal usul dengan cikal bakal suku Banjar, yaitu sama-samaberasal dari Sumatera atau sekitarnya, tetapi mereka lebih dahulu menetap. Kedua kelompokmasyarakat Melayu ini memang hidup bertetangga, tetapi setidak-tidaknyapada masa permulaan, pada asasnya tidak berbaur. Jadi, meskipunkelompok Suku Banjar (Pahuluan) membangun pemukiman di suatu tempat,yang mungkin tidak terlalu jauh letaknya dari balai suku Dayak Bukit, namun masing-masing merupakan kelompok yang berdiri sendiri. Untuk kepentingan keamanan,atau karena memang ada ikatan kekerabatan, cikal bakal suku Banjarmembentuk komplek pemukiman tersendiri. Komplek pemukiman cikal bakalsuku Banjar (Pahuluan) yang pertama ini merupakan komplek pemukiman bubuhan,yang pada mulanya terdiri dari seorang tokoh yang berwibawa sebagaikepalanya, dan warga kerabatnya, dan mungkin ditambah dengan keluarga-keluarga lain yang bergabung dengannya. Model yang sama atau hampir sama juga terdapat pada masyarakat balaidi kalangan masyarakat Dayak Bukit, yang pada asasnya masih berlakusampai sekarang. Daerah lembah sungai-sungai yang berhulu di Pegunungan Meratus ini nampaknya wilayah pemukiman pertama masyarakat Banjar, dan di daerah inilah konsentrasi penduduk yang banyak sejak zaman kuno, dan daerah inilah yang dinamakan Pahuluan.Apa yang dikemukakan di atas menggambarkan terbentuknya masyarakat(Banjar) Pahuluan, yang tentu saja dengan kemungkinan adanya unsur Dayak Bukit ikut membentuknya.

Banjar Batang Banyu
Masyarakat (Banjar) Batang Banyu terbentuk diduga erat sekali berkaitan dengan terbentuknya pusat kekuasaan yang meliputi seluruh wilayah Banjar, yang barangkali terbentuk mula pertama di hulu sungai Negara atau cabangnya yaitu sungai Tabalong. Sebagai warga yang berdiam di ibukota tentu merupakan kebanggaan tersendiri, sehingga menjadi kelompok penduduk yang terpisah. Daerah tepi sungai Tabalong adalah merupakan tempat tinggal tradisional dari suku Dayak Maanyan (dan Lawangan), sehingga diduga banyak yang ikut serta membentuk subsuku Batang Banyu, di samping tentu saja orang-orang asal Pahuluanyang pindah ke sana dan para pendatang yang datang dari luar. Bila diPahuluan umumnya orang hidup dari bertani (subsistens), maka banyak diantara penduduk Batang Banyu yang bermata pencarian sebagai pedagang dan pengrajin.

Banjar Kuala
Ketika pusat kerajaan dipindahkan ke Banjarmasin (terbentuknya Kesultanan Banjarmasin),sebagian warga Batang Banyu (dibawa) pindah ke pusat kekuasaan yangbaru ini dan bersama-sama dengan penduduk sekitar keraton yang sudahada sebelumnya, membentuk subsuku Banjar. Di kawasan ini merekaberjumpa dengan suku Dayak Ngaju, yang seperti halnya dengan dengan masyarakat Dayak Bukit dan masyarakat Dayak Maanyan atau Lawangan, banyak di antara mereka yang akhirnya melebur ke dalam masyarakat Banjar, setelah mereka memeluk agama Islam. Mereka yang bertempat tinggal di sekitar ibukota kesultanan inilah sebenarnya yang dinamakan atau menamakan dirinya orang Banjar,sedangkan masyarakat Pahuluan dan masyarakat Batang Banyu biasamenyebut dirinya sebagai orang (asal dari) kota-kota kuno yangterkemuka dahulu. Tetapi bila berada di luar Tanah Banjar, mereka itu tanpa kecuali mengaku sebagai orang Banjar.
Berbeda dengan pendapat Alfani Daud, yang menyatakan bahwa inti suku Banjar adalah para pendatang Melayu dari Sumatera dan sekitarnya, maka pendapat Idwar Saleh justru lebih menekankan bahwa penduduk asli suku Dayak adalah inti suku Banjar yang kemudian bercampur membentuk kesatuan politik sebagaimana Bangsa Indonesia dilengkapi dengan bahasa Indonesia-nya.
Demikian kita dapatkan keraton keempat adalah lanjutan dari kerajaan Daha dalam bentuk kerajaan Banjar Islam dan berpadunya suku Ngaju, Maanyan dan Bukit sebagai inti. Inilah penduduk Banjarmasih ketika tahun 1526 didirikan. Dalam amalgamasi (campuran) baru ini telah bercampur unsur Melayu, Jawa, Ngaju, Maanyan, Bukit dan suku kecil lainnya diikat oleh agama Islam, berbahasa Banjar dan adat istiadat Banjar oleh difusi kebudayaan yang ada dalam keraton. Di sini kita dapatkan bukan suku Banjar, karena kesatuan etnik itu tidak ada, yang ada adalah grup atau kelompok besar yaitu kelompok Banjar Kuala, kelompok Banjar Batang Banyu dan Banjar Pahuluan.
Yang pertama tinggal di daerah Banjar Kuala sampai dengan daerah Martapura. Yang kedua tinggal di sepanjang sungai Tabalong dari muaranya di sungai Barito sampai dengan Kelua. Yang ketiga tinggal di kaki pegunungan Meratus dari Tanjung sampai Pelaihari. Kelompok Banjar Kuala berasal dari kesatuan-etnik Ngaju, kelompok Banjar Batang Banyu berasal dari kesatuan-etnik Maanyan, kelompok Banjar Pahuluan berasal dari kesatuan etnik Bukit. Ketiga ini adalah intinya. Mereka menganggap lebih beradab dan menjadi kriteria dengan yang bukan Banjar, yaitu golongan Kaharingan, dengan ejekan orang Dusun, orang Biaju, Bukit dan sebagainya.
Ketika Pangeran Samudera mendirikan kerajaan Banjar, ia dibantu oleh orang Ngaju, dibantu patih-patihnya seperti Patih Balandean, Patih Belitung, Patih Kuwin dan sebagainya serta orang Bakumpai yang dikalahkan. Demikian pula penduduk Daha yang dikalahkan sebagian besar orang Bukit dan Manyan. Kelompok ini diberi agama baru yaitu agama Islam, kemudian mengangkat sumpah setia kepada raja, dan sebagai tanda setia memakai bahasa ibu baru dan meninggalkan bahasa ibu lama. Jadi orang Banjar itu bukan kesatuan etnis tetapi kesatuan politik, seperti bangsa Indonesia.

Sosio-historis
Secara sosio-historis masyarakat Banjar adalah kelompok sosialheterogen yang terkonfigurasi dari berbagai sukubangsa dan ras yangselama ratusan tahun telah menjalin kehidupan bersama, sehinggakemudian membentuk identitas etnis (suku) Banjar. Artinya, kelompoksosial heterogen itu memang terbentuk melalui proses yang tidaksepenuhnya alami (priomordial), tetapi juga dipengaruhi olehfaktor-faktor lain yang cukup kompleks.Islam telah menjadi ciri masyarakat Banjar sejak berabad-abad yang silam.Islam juga telah menjadi identitas mereka, yang membedakannya dengankelompok-kelompok Dayak yang ada di sekitarnya, yang umumnya masihmenganut religi sukunya. Memeluk Islam merupakan kebanggaan tersendiri,setidak-tidaknya dahulu, sehingga berpindah agama di kalanganmasyarakat Dayak dikatakan sebagai "babarasih" (membersihkan diri) di samping menjadi orang Banjar.Masyarakat Banjar bukanlah suatu yang hadir begitu saja, tapi ia merupakan konstruksi historis secara sosial suatu kelompok manusia yangmenginginkan suatu komunitas tersendiri dari komunitas yang ada dikepulauan Kalimantan. Etnik Banjar merupakan bentuk pertemuan berbagaikelompok etnik yang memiliki asal usul beragam yang dihasilkan darisebuah proses sosial masyarakat yang ada di daerah ini dengan titikberangkat pada proses Islamisasi yang dilakukan oleh Demak sebagai syarat berdirinya Kesultanan Banjar. Banjarsebelum berdirinya Kesultanan Islam Banjar belumlah bisa dikatakansebagai sebuah ksesatuan identitas suku atau agama, namun lebih tepatmerupakan identitas yang merujuk pada kawasan teritorial tertentu yangmenjadi tempat tinggal. Maka dapat diambil kesimpulan bahwa Suku Banjar terbagi 3 sub-etnis berdasarkan teritorialnya dan unsur pembentuk suku berdasarkanpersfektif kultural dan genetis yang menggambarkan masuknya pendudukpendatang ke wilayah penduduk asli Dayak:
Banjar Pahuluan adalah campuran Melayu dan Bukit (Bukit sebagai ciri kelompok) Banjar Batang Banyu adalah campuran Melayu, Maanyan, Lawangan, Bukit dan Jawa (Maanyan sebagai ciri kelompok) Banjar Kuala adalah campuran Melayu, Ngaju, Barangas, Bakumpai, Maanyan, Lawangan, Bukit dan Jawa (Ngaju sebagai ciri kelompok) Dengan mengambil pendapat Idwar Salehtentang inti suku Banjar, maka percampuran suku Banjar dengan sukuDayak Ngaju/suku serumpunnya (Kelompok Barito Barat) yang berada disebelah barat Banjarmasin (Kalimantan Tengah) dapat kita asumsikan sebagai kelompok Banjar Kuala juga. Di sebelah utara Kalimantan Selatan terjadi percampuran suku Banjar dengan suku Maanyan/suku serumpunnya (Kelompok Barito Timur) seperti Dusun, Lawangan dan suku Pasir di Kalimantan Timur yang juga berbahasa Lawangan, dapat kita asumsikan sebagai kelompok Banjar Batang Banyu. Percampuran suku Banjar di tenggara Kalimantan yang banyak terdapat suku Bukit kita asumsikan sebagai Banjar Pahuluan.
Berdasarkan sensus 1930, suku Banjar di Kalimantan Selatan terdapat di Kota Banjarmasin (89,19%), Afdeeling Banjarmasin tidak termasuk KotaBanjarmasin (94,05%), Afdeeling Hulu Sungai (93,75%), kota Kotabaru(69,45%), Pulau Laut tidak termasuk kota Kotabaru (48,96%), wilayah Tanah Bumbu (56,74%).[8]



Tidak ada komentar:

Posting Komentar